Terinspirasi
oleh perkuliahan Bapak Marsigit pada mata kuliah Filsafat Pendidikan Matematika
untuk program studi S1 Pendidikan Matematika Internasional 2011 pada hari rabu
tanggal 29 Oktober 2014 jam 09.00 WIB di ruangan D01.204 FMIPA UNY.
Bagaimana kita membangun dunia
dari yang ada dan yang mungkin ada? Yang ada bisa berupa daun, kacamata, dan
sebagainya. Kita berusaha untuk membangun dahulu. Obyek filsafat adalah yang
ada dan yang mungkin ada. Kita bisa mengeksplor yang ada dan yang mungkin ada
melalui sifatnya. Sifatnya ada banyak, tetapi ada 2 macam yaitu yang bersifat
intensif dan ekstensif. Contoh warna biru bila diintensifkan menjadi biru 1, biru
2, dan seterusnya. Bila diekstensifkan maka menjadi mempunyai harga, fungsi,
struktur, tujuan, manfaat, dan sebagainya.
Beberapa sifat yaitu ada yang
bersifat tetap dan ada yang bersifat berubah. Dari kedua sifat ini akan
mengantarkan kita sampai kepada laut yang terdapat ikannya. Lalu muncul
pertanyaan “siapakah ikan itu?” Ini adalah dimensi, dimana ketika kita tidak
bisa menjawab sesuatu maka akan tetap tidak bisa menjawab jika memang kita
tidak tahu jawabannya.
Carilah yang tetap dan yang
berubah didalam diri kita. Contoh yang tetap adalah jumlah mata, sedangkan yang
berubah adalah pikiran (pagi setuju namun sore tidak setuju), mood, bentuk
badan, dan sebagainya. Yang tetap itu biasanya yang berdomisili paling banyak
di dalam pikiran, sedangkan yang berubah itu biasanya di luar pikiran.
Contohnya angka 4 tetap karena berada di dalam pikiran sedangkan yang di luar
pikiran terdapat 4 besar, 4 kecil, 4 terbalik, dan sebagainya. Tokoh yang
mendukung sifat tetap adalah Permenides dan filsafatnya disebut Permenidesialisme.
Tokoh yang mendukung sifat berubah adalah Heraklitos dan filsafatnya disebut
Heraklitosianisme. Sesuatu yang tetap di dalam pikiran itu berjumlah satu
(mono), sedangkan sesuatu yang berubah itu berjumlah plural. Oleh karena itu,
kita mengenal istilah monoisme dan pluralisme.
Sesuatu yang berada di dalam
pikiran itu bersifat ideal. Filsafatnya disebut idealisme dan tokohnya adalah
Plato. Kemudian lahir filsafat Platoisme. Contohnya adalah bagian depan sebuah
penghapus berwarna hitam, kemudian penghapus tersebut disembunyikan. Lalu
diberikan pertanyaan “apa warna bagian depan penghapus tadi?” Lalu pertanyaan
ini dapat dijawab dengan mudah “warnanya hitam”. Hal ini dikarenakan penghapus
tersebut telah ada di dalam pikiran kita. Sesuatu yang berada di luar pikiran
disebut reali. Filsafatnya adalah realisme dan tokohnya adalah Aristoteles.
Zaman kegelapan muncul sekitar
abad ke-12 sampai abad ke-13 Masehi yaitu dominasi gereja, dimana semua
kebenaran harus berdasarkan gereja. Gereja menciptakan kebenaran yaitu secara
geosentris bahwa bumi itu merupakan pusat sehingga matahari, bulan, dan
bintang-bintang yang mengelilingi bumi. Ini merupakan kebenaran absolut yang
ditegakkan oleh gereja pada saat itu, barangsiapa yang menyangkalnya maka ia
merupakan musuh yang akan dikejar dan bahkan dibunuh. Lalu muncul Copernicus
dan lahirlah filsafat Copernicusianisme yaitu dengan aliran heliosentris dimana
tidak menyetujui pendapat dari gereja dan berdasarkan analisis, perhitungan,
pengamatan, dan sebagainya bukanlah bumi yang menjadi pusat dari tata surya,
namun yang menjadi pusat tata surya adalah matahari. Semuanya mengelilingi
matahari, dan juga bumi berputar pada porosnya. Atas dasar hal tersebut,
akhirnya gereja marah besar dan akan mengkap serta membunuh Copernicus, namun
dia telah pergi meninggalkan dunia terlebih dahulu.
Awal zaman modern muncul sekitar
abad ke-14 sampai ke-15 Masehi, dengan tokohnya Galileo dan Bruno. Namun sangat
disayangkan, Galileo ditangkap dan dibunuh oleh pihak gereja, begitu juga dengan
Bruno ditangkap lalu dibakar. Kincir tetap berputar dan terus mengalirkan air,
begitu juga dengan idealisme di dalam pikiran tumbuh kembali dimana orang mulai
menggunakan rasio setelah adanya Copernicus yaitu orang-orang mulai menggunakan
logika dan sebagainya. Kemudian muncul rasionalisme dengan tokohnya yaitu Rene Descartes.
Di sisi lain, orang-orang berpikir tentang pengalaman, sehingga lahirlah
filsafat empirisisme dengan tokohnya adalah D.Hume. Semua tokoh filsafat yang
muncul masing-masing mempertahankan kebenaran pendapatnya masing-masing.
Descartes berpendapat bahwa tidak akan ada ilmu jika kita tidak berpikir
menggunakan rasio. D.Hume juga berpendapat tidak akan ada ilmu jika kita tidak
berpikir berdasarkan pengalaman.
Rasio di dalam pikiran yang
ersifat tetap dinamakan idealis, dari sini lahirlah seseorang yang bernama
Immanuel Kant yang merupakan juru damai antara rasionalisme dan empirisisme.
Menurut Immanuel yang ada di dalam pikiran, bersifat tetap, dan ideal yang
dipikirkan oleh Plato, Permenides, dan Descartes adalah chemistry. Contohnya
jilbab itu chemistry-nya perempuan. Maka ini sesuai dengan hukum identitas (I)
yaitu A = A, Aku = Aku, 4 = 4, dan seterusnya. Pengalaman (empiris) yang di
luar pikiran sesuai dengan hukum kontradiksi bahwa predikat termuat oleh
subjeknya. A ≠ A seperti dalam program komputer. Program komputer adalah
matematika yang mulai peduli dengan ruang dan waktu. 4 = 4 itu salah, kenapa?
Sebab ada 4 yang terdahulu dan 4 yang kemudian. 4 = 4 akan menjadi benar ketika
masih ada di dalam pikiran, namun jika 4 = 4 itu sudah ditulis atau diucapkan
maka secara filsafat itu salah.
Menurut Immanuel Kant yang berada
dalam pikiran itu bersifat analitik, sedangkan yang berada di luar pikiran itu
bersifat sintetik. Yang berada di dalam pikiran bersifat apriori, sedangkan
yang berada di luar pikiran bersifat aposteriori. Apriori adalah mampu
memikirkan walaupun belum melihatnya, itu sebabnya mahasiswa dapat membuat
proposal karena mampu memikirkan walaupun belum melihatnya. Berbeda dengan
kucing, kucing tidak dapat berpikir secara apriori tetapi berpikir aposteriori
yaitu berpikir setelah melihatnya. Contohnya yaitu saat kucing melihat tikus
lewat dan setelah itu buntut kucing bergerak-gerak.
Analitik adalah konsistensi dari ide.
Sintetik adalah hubungan subjek-predikat dimana predikat termuat dalam
subjeknya. Menurut Immanuel Kant, Descartes telah mendewakan rasio dan
mengabaikan pengalaman, begitupun sebaliknya D.Hume telah mendewakan pengalaman
dan mengabaikan rasio. Ilmu itu adalah kompromi yaitu menggabungkan antara
pengalaman dan rasio. Kerja adalah separuh dari dunia, sedangkan separuhnya
lagi adalah berpikir. Oleh karena itu, kerja harus diimbangi dengan berpikir.
Jika kita hanya bekerja saja maka akan terancam buta, sedangkan jika kita hanya
berpikir saja maka kita akan terancam kosong. Maka dari itu, hidup adalah
berjuang agar tidak buta dan kosong.
Yang terdapat di luar pikiran adalah
sintetik aposteriori, sedangkan yang terdapat di dalam pikiran adalah analitik
apriori. Identitas juga bersifat tautologi, kebenarannya bersifat koherensi
yang diperoleh dari konsistensi. Yang di luar pikiran, bersifat kontradiksi,
bersifat dinamik, kebenarannya bersifat korespondensi, cocok dengan kerjanya,
cocok dengan realitasnya, dan seterusnya.
Analitik dan
aposteriori kita kawinkan maka apakah yang terjadi?
Analitik itu konsistensi ide, ide yang ada sekarang dan ide
yang akan datang. Aposteriori baru bisa berpikir setelah terjadi. Maka mana
bisa dia konsisten karena belum terjadi. Wujudnya apriori itu adalah matematika
formal atau aksiomatik atau matematika murni. Apa yang identitas? Yaitu teorema-i
sama dengan teorema-j. Maka tidak akan terjadi (non-sense) analitik bertemu
dengan aposteriori.
Coba kita gabungkan
sintetik dengan apriori. Apriori bisa memikirkan walaupun belum terjadi,
termasuk memikirkan pengalaman. Itulah sebenar-benarnya ilmu, bekerja
dipikirkan, berpikir untuk bekerja. Maka inilah yang terjadi menurut Immanuel
Kant. Menurut Immanuel Kant, sebenar-benar ilmu dia bersifat sintetik apriori.
Matematika murni, matematika formal, atau aksiomatik terancam bukan merupakan
ilmu. Inilah dunia orang dewasa. Kalau aposteriori itu matematika sekolah,
dunianya anak-anak.
Apakah perbatasan
antara matematika formal dan matematika sekolah? Perbatasannya
yaitu Iceberg Realistic Mathematics Education. Matematika
Kongkrit – Model Kongkrit – Model Formal – Matematika Formal (dari bawah ke
atas). RME Iceberg ini sangat bagus, karena menjangkau realitanya dan
menjangkau idealnya. Apakah ada yang
menyangkal pendapat dari Immanuel Kant? Banyak sekali. Setiap saat banyak orang
yang menyangkal dengan membuat buku. Seperti Piaget, setiap semester di Amerika
sana banyak sekali orang yang menyangkal dengan membuat teori baru. Semakin
disangkal semakin terkenal teori Piaget.
Maka muncul lagi
era kira-kira 2 abad yang lalu, yaitu tembok besar dimana filsafat dan
metafisik ditolak. Yang menolak adalah Auguste Comte. Aguste Comte mempunyai
teori bahwa untuk
apa kita berfilsafat, jika ingin membangun masyarakat yang sejahtera maka
jangan terlalu banyak berdoa. Berdoa itu irrasional dan menghabiskan waktu.
Pikirkanlah dengan sikap positif. Esensi dari sikap positif adalah pertama
kalinya diproklamirkan, metode saintifik. Disinilah Auguste Comte telah menabuh
genderang perang terhadap spiritualisme. Karena spiritualisme sudah harus
dipinggirkan karena tidak menunjang dan tidak relevan untuk mencapai masyarakat
yang adil makmur dan sejahtera. Coba bayangkan, bandingkan dengan kuliahmu,
bandingkan dengan diri kita pada kuliah Pak
Marsigit yang mempromosikan material – formal – normatif ini semua dipayungi
oleh spiritual. Ini kita, ini Indonesia, ini dunia timur. Yang dicanangkan oleh
Auguste Comte adalah dunia barat, dunia industrial. Tetapi tanpa disadari oleh
dunia timur dan dunia spiritualitas, positivisme Auguste Comte menjelma menjadi
dunia yang sekarang, dunia kontemporer. Dunia kontemporer itu mulai dari
archaic – tribal – tradisional – feodal – modern – pos modern – pos pos modern
(dari bawah ke
atas).
Ketika dilautan
muncul pertanyaan “air apakah ini?” Maka jawabannya adalah air
kapitalis, air pragmatis, air hedonisme, air utilitalian, air materialisme dan
ini menuju air neo neo seterusnya. Kembali ke pertanyaan awal, “maka
siapakah
ikan itu?” Ikan
itu adalah diri kita. Diriku yang sedang belajar filsafat ini, yang
sedang terombang ambing di tengah lautan kehidupan
kontemporer. Contohnya anak SD sudah bisa membuka internet dan semua akses
orang dewasa juga bisa diakses anak kecil, dan lainnya. Jadi kehidupan ini
menimbulkan kemunafikan. Maka di dalam ini dan itu ada dajjal, yaitu sistem
yang satu mengalahkan sistem yang lain. Inilah dajjal filsafat, yaitu sistem
yang tidak dikehendaki.
Immanuel Kant
berkata, jika engkau ingin melihat dunia maka tengoklah kedalam pikiranmu.
Karena pikiranmu itu adalah sebenar-benarnya sama dengan isi
dunia, dunia yang kamu pikirkan sama dengan pikiranmu. Jadi jika saya dengan
anda ingin berdialog tentang jakarta, saya tidak perlu ke Jakarta. Misalnya di
dalam pikiranmu ada sate ikan paus? Di dalam pikiranmu ada cacing terbang?
Setidaknya walaupun tidak ada, engkau telah mendengar pertanyaan saya. Karena
engkau mendengar pertanyaan saya, itu sudah ada di dalam pikiranmu. Jadi yang
telah aku uraikan dari zaman Yunani dan zaman sekarang itu, aku sedang
mengungkapkan satu titik di dalam kepala ikan (diriku). Karena pikiranmu begitu
luas.