Semester
4 hampir berlalu, kuliah Etno Matematika hampir usai, tinggal UAS. Namun,
apakah catatan yang kita torehkan dalam sejarah Etno Matematika akan berakhir
sampai di sini? Satu kata dari saya tentang Etno Matematika adalah “keren”.
Saya belajar banyak hal dari Etno Matematika yakni saya bisa mengerti bahwa
pembelajaran yang kontekstual itu bisa kita dapatkan melalui Etno Matematika.
Seperti pada penelitian saya dan dua orang teman saya tentang “Identifikasi
Etno Matematika Melalui Gamelan Yogyakarta”, dimana penelitian ini nantinya bisa
menghasilkan sumber belajar maupun metode mengajar yang kontekstual serta
modern, sebab di era globalisasi seperti sekarang ini tidaklah lagi dibutuhkan
metode mengajar tradisional.
Secara
istilah, etno merupakan etnik atau konteks budaya lokal. Dilihat dari struktur
bahasanya istilah “etno” memang belum mengarah ke pendidikan. Bapak Prof.
Marsigit mengatakan bahwa matematika tumbuh dari peradaban sejarah (manusia),
dimana peradaban tersebut tidak pernah berhenti selama masih terdapat kehidupan
manusia. Matematika merupakan ilmu pengetahuan bagi manusia, yang terus
dipelajari dan dikembangkan khususnya dalam dunia pendidikan. Dapat disimpulkan
bahwa jika etno dikaitkan dengan matematika (Etno Matematika) akan menjadi
sesuatu yang sangat menarik karena terdapat tiga aspek penting yakni sejarah,
masyarakat, dan matematika. Selain itu, dengan Etno Matematika pembelajaran
matematika tidak akan pernah membosankan bagi mereka (siswa) yang menganggap
matematika sebagai sesuatu yang “mengerikan” atau “membosankan”. Matematika
yang kontekstual pun dapat tercipta melalui Etno Matematika, dimana siswa bebas
berpendapat dan berpikir. Seperti yang dikatakan Bapak Prof. Marsigit bahwa
kemandirian subjek didik adalah kebebasan berpendapat dimana pengetahuan siswa
tidak harus sama dengan pengetahuan gurunya. Dengan Etno Matematika,
pembelajaran bisa menjadi lebih inovatif dimana guru akan lebih mudah
mengetahui bagaimana memberdayakan siswa serta memfasilitasi siswa dengan baik
dan maksimal melalui unsur-unsur yang terdapat pada Etno Matematika seperti
lambang, nilai, artefak, dan sebagainya.
Pemikiran
etno bisa dijadikan sebagai fondasi atau kekuatan kita (sebagai guru) dalam
mengajar matematika. Kita bisa belajar dari penemuan sejarah terdahulu, sebab
etno terkait matematika ada di dalam sejarah. Pertanyaannya sekarang adalah
“apakah Etno Matematika merupakan suatu ilmu?” Pertanyaan ini sama seperti
pertanyaan Immanuel Kant. Selanjutnya Immanuel Kant mengatakan bahwa sesuatu
dikatakan ilmu jika memiliki sifat sintentik apriori (sintetik didukung pengalaman
dan apriori didukung logika) yang dapat diartikan bahwa ilmu terdapat di dunia
pemahaman misalnya matematika yang ada di dunia pemikiran. Menurut Kant,
matematika murni bukan termasuk ilmu sebab bersifat analitik apriori
(kebenarannya berkaitan dengan yang lainnya). Apapun yang dinamakan ilmu harus
memiliki kategori, seperti pengetahuan yang memiliki kategori. Contohnya jika
Anda tidak pernah ke Inggris, maka Anda tidak akan memiliki intuisi tentang
Inggris. Kesimpulannya intuisi berasal dari pengalaman. Apabila kategori itu
tidak terlihat secara eksplisit atau implisit, maka kita harus bisa membuat
kriteria atau kategori tersebut secara mandiri.
Etno
Matematika merupakan inovasi pada dunia pendidikan. Berdasarkan kurikulum,
tugas guru adalah sebagai pelaksana, sebagai partisipan, dan sebagai
pengembang. Janganlah hanya menjadi guru pelaksana sebab jika hanya menjadi
pelaksana tidak akan dapat mengembangkan variasi pembelajaran, maka jadilah
guru pengembang. Setelah guru bertugas sebagai pengembang atau dengan kata lain
guru berinovasi pada pendidikan dalam hal metode atau pun strategi
pembelajaran, maka etno pun akan muncul ke horizon. Tugas guru sebagai
pengembang tersebut termasuk ke dalam kategori researcher atau peneliti, dimana seorang researcher sangat bersesuaian dan berkaitan dengan Etno Matematika.
Seperti yang kita ketahui penelitian Theresia Nunt tentang street mathematics,
di dalam penelitiannya tersebu terdapat teori dan kategori, sehingga bisa dijadikan
sebagai ilmu kemudian digunakan oleh orang lain sebagai ilmu (akuntable).
Menurut
Bapak Prof. Marsigit, Etno Matematika dapat dijadikan sebagai ilmu jika kita
melakukan penelitian tentang Etno Matematika, dimana objek dari Etno Matematika
merupakan gagasan atau ide yang ada di masyarakat (ethno society) baik yang bersifat strong, hard, atau smooth. Setelah mengetahui objek Etno
Matematika, kita harus tahu kedudukan atau statusnya. Etno Matematika memang
belum berkedudukan sebagai pendidikan namun kedudukannya dapat dibuat menjadi
pendidikan. Etno Matematika dapat menyediakan berbagai variasi pengalaman,
konteks, metode, dan lain-lain. Oleh karena itu Etno Matematika berada di dunia
konkrit atau dunia anak-anak, sehingga dalam mengajarkan pengetahuan kepada
anak-anak janganlah menggunakan definisi tetapi gunakanlah realita yang ada.
Apabila guru mengajar menggunakan definisi, maka pendidikan kita kelak akan
kehilangan intuisi.
Kita
sebagai mahasiswa hendaknya terus mengembangkan diri kita untuk menjadi seorang
researcher, sehingga kelak pada saat penulisan tugas akhir kita dapat dengan
mudah membuatnya dengan melakukan penelitian misalnya penelitian melalui Etno
Matematika. Bahkan kita dapat menjadikan penelitian kita tersebut menjadi
sebuah ilmu secara internasional, dengan syarat penelitian tersebut dilakukan atau
dikolaborasikan dengan mengajak researcher (minimal seorang doktor). Setelah
penelitian tersebut dilakukan, tentunya bisa diajukan ke jurnal internasional.
Seorang mahasiswa tidak hanya dapat mengembangkan metode kuantitatif dalam
penelitiannya, namun juga metode kualitatif, dimana kenyataannya metode
kualitatif banyak ditentang oleh researcher ilmiah.
Kesimpulannya
adalah dengan Etno Matematika saya menjadi lebih bisa mengembangkan pembelajaran
matematika yang kontekstual, sehingga diharapkan kelak saat saya menjadi
seorang guru saya tidak akan kehabisan metode dan selalu kreatif
mengembangkannya karena saya akan menjadi seorang guru pengembang. Tentunya ini
bukanlah catatan terakhir saya tentang Etno Matematika, karena saya akan
melanjutkan penelitian saya tentang “Identifikasi Etno Matematika Melalui
Gamelan Yogyakarta” bersama kedua teman saya, sehingga catatan saya pun akan
terus berlanjut. Selain itu juga sebagai calon guru yang kreatif dan inovatif
saya akan mengembangkan strategi atau metode atau variasi sumber belajar
melalui Etno Matematika sejak dini melalui penelitian sehingga pada saatnya
nanti saya tidak canggung lagi dalam melakukan penelitian untuk pengembangan
metode pembelajaran matematika di sekolah.
Oleh: Dianing Meijayanti (11313244024)
Super sekali Mbak Dian :D
BalasHapus