Selasa, 21 Oktober 2014

Menggapai Filsafat 1



Betapa pentingnya refleksi dalam mata kuliah filsafat, hal ini semata-mata untuk membuat saya mampu menggapai filsafat. Dalam kuliah filsafat, setiap pertanyaan yang diutarakan mahasiswa akan dijawab oleh Bapak Marsigit, lalu mahasiswa merefleksikan hasil dari setiap jawaban tersebut.

Medina (pertanyaan 1) :
Mana yang lebih mempengaruhi, keyakinan mempengaruhi filsafat atau filsafat yang mempengaruhi keyakinan?

Bapak Marsigit :
Jangan sampai filsafat Anda menggerogoti keyakinan Anda. Hindari filsafat Anda yang dapat mengurangi kadar keyakinan Anda, tetapi justru sebaliknya. Jika Anda sudah merasa mengalami degradasi, maka berhentilah untuk berpikir dan intensifkan diri dalam berdoa. Keyakinan yang seharusnya diharapkan dapat mempengaruhi filsafat. Orang muslim maka filsafatnya harus bisa mencerminkan kemuslimannya. Sebab, filsafat itu olah pikir yakni berpikir seluas-luasnya tetapi tetap dibatasi dengan spiritual. Filsafat itu tergantung dari orang dan spiritualnya. Spiritual yang berbeda maka akan menghasilkan filsafat yang berbeda. Istilahnya seperti ‘jangan sekali-kali matematikamu membuat kadar imanmu berkurang.’

Sukmo (pertanyaan 2) :
Jika dalam filsafat terdapat yang ada dan mungkin ada, maka dimana letak yang tidak ada?

Bapak Marsigit :
Ada dan tidak ada menjadi penyebab adanya yang lain. Contoh Bapak Marsigit dan Istrinya akan pergi ke tempat adiknya, namun istri bapak Marsigit akan membaca yasinan. Maka Pak marsigit dan istri tidak jadi pergi, dan kemudian tetap berada di rumah. Ketidakadaan Bapak Marsigit dan istri di tempat adik dan di tempat yasinan menyebabkan mereka berdua berada di rumah. Jadi tidak ada itu adalah ada, hanya beda ruang dan waktu. Contoh lain, Indonesia marah pada Australia karena merasa telah disadap, lalu Australia tidak mau mengakui hal tersebut. Kemudian tidak ada komunikasi tidak ada kompromi antara kedua negara tersebut, maka ada kevakuman komunikasi, artinya komunikasi ada dan tidak ada komunikasi juga ada. Adanya komunikasi menyebabkan ketegangan menurun antara kedua negara.

Aisyah (pertanyaan 3) :
Bagaimana ikhlas dalam pikiran, ikhlas dalam hati, ikhlas belajar dan ikhlas beramal?

Bapak Marsigit :
Selama ikhlas itu dikatakan dan diucapkan maka tidak ada yang benar tentang keikhlasan itu, karena ikhlas mencapai ranah spiritual. Maka tergantung janjinya berkata ikhlas dari tataran yg mana. Kalau tataran urusan dunia maka menjadi multitafsir, tetapi kalo akhirat tafsirnya hanya satu. Manusia tidak akan pernah mengerti kadar ikhlas itu, manusia hanya berusaha memenuhi syarat rukun dan imannya untuk mencapai keikhlasan. Sebenar-benarnya Maha Mengerti adalah sang pencipta yang tahu tingkat keikhlasan kita. Perjuangan manusia adalah mengisi wadah. Keikhlasan belajar selama itu urusan dunia kalau kita mau berpikir, sunatullah sesuai dengan kodratnya, ikhtiar, dan harmoni keseimbangan (hak dan kewajibannya). Bekerja keras itu adalah fisiknya. Ikhlas mengadakan yang mungkin ada menjadi ada. Caranya yaitu dengan tumaninah dan istiqomah.
Objek filsafat bisa di dalam pikiran dan bisa di luar pikiran. Contoh bolpoin yang tadinya ada menjadi tidak ada karena sudah menghilang. Lalu bolpoint tersebut bisa dikatakan bolpoin hitam karena bolpoin itu sudah ada di dalam pikiran kita. Hal yang berada di dalam pikiran disebut idealisme, tokohnya adalah Plato. Hal yang ada di luar pikiran adalah realisme, tokohnya adalah Aristoteles.

Dita (pertanyaan 3) :
Apakah ketenangan itu ada padahal manusia bersifat kontradiktif?

Bapak Marsigit :
Dalam berfilsafat yang dilihat adalah kualitas I dengan sifat yang ada dan yang mungkin ada. Dunia punya 2 prinsip yaitu identitas dan kontradiktif. Identitas yaitu aku sama dengan aku, tetapi hanya terjadi di dalam pengandaian. Selama turun ke bumi berfilasafat sensitif dengan ruang dan waktu maka tidak pernah bisa menunjuk diriku. Belum selesai menunjuk diriku, lalu diriku yang tadi jadi sekarang, lalu berubah lagi jadi diriku yang nanti, dan selalu berbeda. Aku sama dengan aku, ini dalam filsafat salah kalau sensitif terhadap ruang dan waktu, karena ditemukan 2 macam aku, aku yang pertama dan aku yang kedua. Hukum identitas tidak akan pernah terjadi seperti itu, itulah yang dinamakan  kontradiksi. Yang terjadi di dunia itu subjek tidak sama dengan predikat, sebab kalau subjek sama dengan predikat maka jadi identitas. Jika subjek itu dirimu maka predikat itu sifat yg kamu miliki.
Karena hakikat segala sesuatu tergantung ruang dan waktu maka tidak ada yang tetap, karena semuanya terus berubah. Kalo tenang sama dengan tetap maka ketenangan hanya bisa diraih di akhirat. Hakikat di dunia, hidup itu tidak tenang, maka bersiap-siap untuk tidak tenang agar bisa tetap hidup. Tidak tenanglah dalam pikiran, sedangkan hatimu jagalah supaya dia tetap tenang. Karena sebenar-benarnya ilmu diperoleh dengan cara menidaktenangkan pikiran. Pikiran yang tenang itu pikiran yang sudah ada di akhirat. Jika dalam hidup pikiranmu kontradiktif, artinya tesis perlu dicari antitesis kemudian dicari sintesis. Tesis yang tidak tenang harus dicari lagi antitesisnya (apa iya itu benar?) setelah dicari datanya ternyata benar maka itu disebut sintesis. Tenang itu berati hanya tesis saja. Sebenar-benarnya tenang mengandung tidak tenang. Manusia itu tenang dalam ketidaktenangan.

Dyah (pertanyaan 4) :
Bagaimana hakikat hidup manusia?

Bapak Marsigit :
Manusia menemukan hakikat hidupnya itu dengan berbagai cara, dengan berpikir intuitif, menyadari dalil dan aksioma yang menjadi pedoman dan sebagainya. Setinggi-tingginya senjata Mahadewa itu ternyata mengandung filsafat, teori, aksioma, dan dalil. Maka jika kita belajar ilmu filsafat ini seakan-akan kita mendapatkan ilmu tantra dimana Mahadewanya adalah Bapak Marsigit, tapi Anda tertidur sehingga tidak mampu membaca elegi dan membuat komen, maka turun lagi ke bumi menjadi anak nelayan. Supaya bisa ketemu Bapak Marsigit kembali dan mendapat surat tidak lulus filsafat.
Karena matematika itu ada di atas, maka matematika itu mempunyai aksioma, dalil dan teorema. Bilangan bulat ditambah bilangan bulat, maka hasilnya bilangan bulat. Silahkan cari di dunia, bilangan bulat ditambah bilangan bulat. Karena dunia tidak sempurna, maka ada orang yang menemukan 2 itu lebih besar dari pada 7, itu karena 2 ditulis dengan spidol, dan 7 menggunakan pensil. Maka dalil yang itu pasti benar karena dia terbebas oleh ruang dan waktu.
Kuliah filsafat bisa bertemu dengan mahadewa. Ayam itu dewanya cacing, kucing itu dewanya tikus, Kita itu dewanya jilbab kita, subjek itu dewanya predikat, kita itu dewanya milik kita dan kita itu dewanya sifat kita, kita yang sekarang dewanya kita yang lalu, kita yang nanti dewanya kita yang sekarang. Yang dimaksud dewa disini adalah dimensi. Ada dimensi yang berbeda-beda. Jika subjek itu adalah dewanya, maka predikat itu adalah daksanya. Yang harusnya diberi pantangan adalah daksanya, bukan dewanya. Jika kita buang, lempar, atau sekali pakai jilbab kita, maka itu terserah kita karena kita adalah dewanya jilbab, sementara jilbab kita itu adalah daksanya dan sifatmu. Maka tidak akan pernah terjadi subjek sama dengan predikat atau subjek sama dengan sifatnya. 

Oleh :Dianing Meijayanti - 11313244024